SLIP

 SLIP KAPAL

Adalah perbedaan antara kecepatan baling-baling kapal dengan kecepatan kapal dinyatakan dalam %

Kecepatan baling-baling (S) adalah kecepatan teoritis dengan perhitungan putaran baling-baling dalam 1jam dikalikan dengan KISAR baling-baling (pitch propeler)

S=kisar X rpm mesin X 60


KISAR (PITCH)

Adalah jarak yang ditempuh kapal apabila baling-baling berputar 1x360°



SLIP SEMU = kecepatan baling-baling - kecepatan kapal

SLIP SEMU =

kecepatan baling-baling - kecepatan kapal

X 100%

Kecepatan baling-baling


JARAK HENTI :
Jarak yang ditempuh oleh kapal waktu mesin maju penuh lalu diberi mesin mundur penuh, dihitung pada saat putaran mesin mundur hingga kapal berhenti terhadap air.


Cara menghitung slip baling - baling kapal

CONTOH :
Sebuah kapal mempunyai kisar 5meter.
jarak tempuh kapal yang dihitung jarak per jarak 1jam adalah 12mill.
putaran RPM 110.

Ditanya :
Hitunglah slip semu kapal Tersebut?

Jawab :
S = 5 X 60 = 33000 m/dtk

SLIP SEMU =

33000-22224 m/dtk

X 100%

33000

                          = 32%



Halo Cnta aku mengganggumu lagi

   Saat cnta baca tulisan ini dah berapa lama yah qta nd ketemu ? Pastinya aku akan slalu merindukanmu tetap jaga cntaku dan jangan pernah letih menjaganya karena aku sangat sangat menyayangimu. 

    Cnta jangan lupa sholat yach n jaga diri baik2 aku akan slalu mendoakanmu.

   Aku zhayankk kamu  I mizz u n I love u 

_Mt Saka_


0 komentar  

LINGKARAN PUTAR KAPAL

 LINGKARAN PUTAR KAPAL



ADVANCE :

Adalah jarak yang ditempuh oleh titik "G" sejak kemudi disimpangkan hingga 90° dari haluan semula


TRANSFER :

Adalah jarak titik "G" tegak lurus terhadap haluan semulah setelah kapal berubah 90° dari haluan semulah


TACTICAL DIAMETER :

Adalah jarak titik "G" pada waktu kapal telah berubah 180° dari haluan semulah


TURNING CIRCLE DIAMETER :

Adalah garis tengah lingkaran yang dibentuk titik "G" setelah berputar tetap

0 komentar  

FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI OLAH GERAK KAPAL

FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI OLAH GERAK KAPAL



FAKTOR TETAP

  • Bentuk kapal
  • Jenis mesin pendorong
  • Jumlah, macamnya dan tempat baling-naling
  • Macam dan bentuk daun kemudi

Faktor tidak tetap

  • Dari dalam kapal
  1. Sarat kapal
  2. Trim
  3. Keadaan muatan
  4. Teritip / karang yang menempel pada kulit kapal
  • Dari Luar kapal

  1. Keadaan angin, gelombang
  2. Arus
  3. Dalam dan lebar perairan
  4. Jarak terhadap kapal-kapal lain

0 komentar  

Stability Diagram (Kurva Stabilitas Kapal)

 Stability Diagram (Kurva Stabilitas)

  • Menentukan titik-titik berdasarkan nilai GZ pada setiap perobahan sudut oleng (φ)
  • Apabila yang terdapat di kapal adalah KN curve, maka GZ dicari dengan rumus:

GZ = KN – KG.Sin φ



0 komentar  

Rumus-rumus Perubahan titik G

 Rumus-rumus Perubahan titik G

  • GG1 = (w x d) / ∆
  • G1G2 = (w x d1) / ∆
  • Tg φ = G1G2/G1M

  1. GG1 = jarak tegak perpindahan maya titik G
  2. G1G2 = jaran)k mendatar perpindahan maya G
  3. φ = sudut kemiringan kapal akibat perpindahan beban (muatan)
  4. Tg = Tangens
  5. ∆ = displacement kapal
  6. w = berat beban yang dipindahkan



Penambahan dan pengurangan beban
  • Penambahan beban w
  1. GG1 = (w x d) / (∆ + w)
  2. G1G2 = (w x d1) / (∆ + w)
  3. Tg φ = G1G2/G1M
  • Pengurangan beban w
  1. GG1 = (w x d) / (∆ - w)
  2. G1G2 = (w x d1) / (∆ - w)
  3. Tg φ = G1G2/G1M

0 komentar  

Kapal Stabilitas Langsar / Tender Ship

 Stabilitas Langsar / Tender Ship


Apabila GM awal terlalu kecil, Nilai GZ kecil, kapal akan memiliki stabilitas langsar (Tender) → olengan lambat, lebih nyaman, bahaya sinkronisasi waktu laut berombak.

0 komentar  

Perhitungan kapal Stabilitas melintang

 Perhitungan Stabilitas melintang

  • Tujuannya: 
  1. menentukan GM awal atau G0M
  2. Membuat stability-diagram (Kurva Stabilitas)
    • Data yang diperlukan:
    1. KG kapal kosong
    2. Lightship displacement (berat kapal kosong)
    3. Berat dan KG tiap-tiap muatan
    4. Hydrostatic curve/table
    5. KN/GZ curve/table
            • Tank condition (Berat, KG, Free Surface Moment/FSM)
            • Menghitung KG baru (KG’), yaitu Jumlah moment dibagi Jumlah Berat (Σmoment / Σw)
            • KM dicari dengan menggunakan Hydrostatic curve/table
            • GM awal (G0M) = KM – KG baru



            0 komentar  

            Kapal stabilitas kaku / Stiff Ship

            Stabilitas kaku / Stiff Ship



            Apabila GM awal kapal terlalu besar, nilai GZ menjadi besar, sehingga kapal akan memiliki stabilitas kaku (Stiff) → olengan cepat, terhentak-hentak, tidak nyaman dan merusak bangunan kapal/ muatan, sinkronisasi, muatan bergeser, lashing mudah putus.

            0 komentar  

            TPC (Ton Per Cm Immersion)

             TPC (Ton Per Cm Immersion)


            • Definisi: TPC adalah bobot/berat muatan yang harus dimuat/dibongkar untuk merobah sarat kapal sebesar 1 cm (dilaut /BJ = 1,025)
            • Bobot = Volume x Density 

             Volume = Area Water Plane (A) x Change of Draught (d = 1 cm atau 1/100 m)

            •  Bobot (w) = (A x 1,025)/100 atau 1,025.A/100
            •  TPC diair laut = 1,025.A/100
            •  TPC di air tawar = 1,000.A/100 atau    A/100  → TPI = A/420
            •  Nilai TPC dapat dilihat di DWT Scale, berobah nilainya pada sarat-sarat yang berbeda

            0 komentar  

            Percobaan Stabilitas (Inclining test)

             Percobaan Stabilitas (Inclining test)

            Tujuan:

            • untuk memperoleh nilai KG pada saat kapal kosong

            Preparasi:

            • Tidak ada angin (lemah)
            • Kapal terapung bebas
            • Semua beban diatas kapal tidak bergeser
            • Tidak ada free surface 
            • Personil di atas kapal se minimum mungkin (hanya yang berkepentingan saja)
            • Kapal harus duduk tegak dan sarat rata (Upright & even keel)




            Rumus terkait

            Prinsip:

            • GG1 = (w x d)/Δ
            • w = berat beban yang di geser
            • Δ = W = Light Displacement 
            • d = jarak pergeseran beban
            • Nilai KM dan Δ dapat dilihat dari Hydrostatic curve/tabel

            Pelaksanaan

            • Gantungkan pada titik tetap sebuah tali unting sampai menyentuh geladak (AB = panjang diukur).
            • Sebuah beban yang sudah diketahui beratnya diletakkan pada salah satu sisi kapal kemudian digeser kesisi yang lain. Kapal akan miring.
            • Tali unting akan bergeser (tetap tegak lurus) menyentuh geladak (BC = panjang diukur)


            Contoh :

            Sebuah beban 30 ton, digeser sejauh 16 m. Dari Hydrostatic curve diperoleh: Light Displacement kapal = 9000 ton dan KM = 7,2 m. Ujung bawah tali unting yang panjangnya 4,5 m bergeser 22 cm. 

            Ditanya :
            Hitung KG kapal kosong?

            Penyelesaian:
            w = 30 ton, d = 16 m, AB = 4,5 m, BC = 0,22 m
                30 x 16     4,5
            GM = --------- x ------ =1, 09 m
                      9000       0,22
            KG kapal kosong = 7,2 – 1,09 = 6,11 m

            0 komentar  

            Cara Membetulkan kapal stabilitas negatif dan stabilitas netral

             Membetulkan stabilitas negatif dan stabilitas netral:


            1. Menurunkan letak muatan/beban yang ada di kapal
            2. Menambah beban di bawah titik G
            3. Membongkar muatan yang berada di atas titik G
            4. Menghilangkan Free Surface effect

            0 komentar  

            Righting Moment → Capsizing Moment

            Righting Moment → Capsizing Moment

            • Pada stabilitas positif akan timbul momen penegak (righting moment) → momen ini membantu kapal untuk kembali tegak
            Moment of static stability = W x GZ = W x GM x Sin φ
            • Pada stabilitas negatif, akan timbul momen penerus (capsizing moment) → momen ini menambah sudut miring kapal, sehingga kapal sulit kembali tegak
            • Moment statis = W x – GM x Sin φ
            • Pada stabilitas netral, pada sudut oleng kecil momen penegak 0 karena lengan penegaknya = 0

            0 komentar  

            Kapal Stabilitas Netral

             Stabilitas Netral

            • Apabila G berimpit M (GM = 0) → Stabilitas Netral (neutral equilibrium). Pada sudut kecil GZ = 0
            • Pada sudut oleng besar, titik M berpindah, sehingga nilai GZ akan menjadi positif

            Kerugiannya:

            • Luas area kurva stabilitas kecil, sehingga kapal langsar
            • ‘Range of Stability’ kecil

            0 komentar  

            Kapal Stabilitas Negative || Negative Equilibrium

             Stabilitas Negative (Negative Equilibrium)

            • G diatas M → Stabilitas Negatif (negative equilibrium)
            • Timbul momen-penerus (capsizing moment) → pada stabilitas awal (statical /initial stability)



            0 komentar  

            Athwart / Traverse Stability || Stabilitas Melintang Kapal

            Stabilitas melintang kapal


            Stabilitas melintang kapal merupakan topik yang sangat penting dalam pembahasan tentang stabilitas kapal, karena langsung berkaitan dengan keselamatan kapal pada waktu pemuatan dan selama pelayaran, serta merupakan hal yang selalu digunakan dalam setiap pekerjaan rutin di atas kapal.


            Titik-titik dan garis-garis penting dalam Stabilitas melintang

            • Titik G
            • Titik M
            • Titik B
            • KG
            • KM
            • KB
            • BM
            • GZ
            • KN
            Titik M
            • Adalah titik Metacenter, merupakan titik maya dimana seolah merupakan titik pusat ayunan pada ‘bandul’ atau ‘pendulum’
            • Titik M pada sudut-sudut olengan kapal yang kecil (hampir) tidak berpindah (GM Awal..!). Tetapi pada sudut olengan besar, berpindah-pindah (tidak tetap)


            Titik G (gravitasi)
            • Adalah titik tumpu seluruh beban yang ada diatas kapal
            • Tetap, apabila semua beban di atas kapal tidak bergerak, displacement kapal tidak berobah
            • Naik apabila dibongkar muatan yang berada di bawah titik G atau di tambah muatan di atas titik G


            Hubungan antara G dan M (equilibrium)
            Stabilitas Positif (Positive Equilibrium)


            G dibawah M → Stabilitas Positif (positive equilibrium)
            timbul momen-penegak (righting moment)

            0 komentar  

            GERAKAN-GERAKAN AIR LAUT

             

            GERAKAN  AIR  LAUT


            Macam-macam gerakan air laut :

            1. Ombak dan gelombang
            2. A l u n
            3. A r u s
            4. Pasang Surut


            Ombak dan Gelombang

            Terjadi karena adanya tiupan angin di atas permukaan laut yang bersangkutan, makin besar kecepatan angin makin tinggi ombak yang ditimbulkan.




            0 komentar  

            Depresi Daerah Sedang

            Depresi = suatau daerah tekanan rendah.

            Depresi yang terdapat di daerah Sedang biasanya disertai dengan sebuah front dingin dan sebuah front panas.

            Kedua front cuaca tersebut saling bersambung, yang berbentuk seperti Gelombang










            0 komentar  

            TIMBER CARGO ON DECK / MUATAN KAYU DI DECK

            Bila kapal akan memuat di atas deck maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

            • Stabilitas kapal harus cukup baik, perhatikan pemakaian air tawar, bahan bakar dan penyerapan air oleh muatan di atas deck
            • Keamanan ABK tidak boleh terganggu
            • Tidak menghalangi atau mengganggu pandangan Navigator dalam bernavigasi
            • Kekuatan Deck (DECK LOAD CAPACITY)
            • Lashingan harus kuat
            • Sifat muatan misalnya muatan berbahaya, agar dalam keadaan darurat dapat segerah dibuang
            • Bentuk yang khusus: Misalnya Tongkang, Lokomotif, Sekoci dan lainnya
            • Pengecualian lain: misalnya palka sudah penuh tapi dalam BIll OF LOADING ditulis "Deck Cargo At Shipper Risk"

            TIMBER CARGO / MUATAN KAYU
            Kapal barang boleh memuat muatan kayu di atas deck namun hanya boleh memuat maksimum 5% dari cargo DWT nya

            Denagn adanya muatan kayu diatas geladak, ini akan menambah keuntungan bagi kapal tersebut karena akan menambah daya apung cadangan.

            Penambahan lambung bebas sehingga perlindungan terhadap terpaan ombak.
            Dengan demikian kapal-kapal kayu yang mengangkut kayu diperbolehkan memiliki lambung bebas yang kecil.

            Kapal barang yang ingin memiliki sertifikat muatan kayu sehingga muatan kayu di geladak tidak hanya 5% dari Cargo DWT nya maka harus memenuhi ketentuan untuk kapal kayu.



            PERSYARAN KAPAL BARANG UNTUK MEMILIKI SERTIFIKAT KAPAL KAYU

            Konstruksi kapal harus :
            • Memiliki forecastle dengan panjang minimum 7% dari L.O.A serta memiliki tinggi sesuai standar
            1. Bagi kapal yang panjang ≤ 75meter tinggi minimum fore castle 1.8meter
            2. Bagi kapal yang panjang ≤ 125meter tinggi minimum fore castle 2.30meter
            3. bagi kapal yang panjang 75meter ≤ L ≤ 125meter dan tinggi minimum fore castle nya interpolasi antara 1.8meterdan 2.30meter
            • Kapal harus memiliki tangki dasar berganda (DOUBLE BOTTOM) dengan panjang minimum 50% dari L.O.A, (DARI DEPAN). Serta dilengkapi dengan sekat pemisah membujur di tengah-tengahnya
            • Harus memiliki kubu-kubu (STANCHION) dengan ketinggian minimum = 1meter, memebihi muatan geladaknya, dengan jarak maksimum 2meter satu sama lain.



            Keterangan :
            • Tinggi stanchion minimal 1meter melebihi muatan geladak
            • Stanchion dengan jarak maksimum 2meter
            • Forecastle panjang minimum 7% dari L.O.A
            • Double bottom (DASAR BERGANDA) panjang minimum 50% dari L.O.A

            PEMADATAN MUATAN DI GELADAK
            • Tinggi muatan geladak setinggi-tingginya dengan syarat :
            1. Tidak menggangu stabilitas kapal
            2. Tidak mengganggu pandangan dari anjungan
            3. Tidak menggangu kerja ABK
            • Muatan geladak tidak boleh menutupi Main Hole, Lubang Soundingan, Ventilasi, dan Lashingan harus kuat dan kencang
            • Tinggi minimum muatan geladak harus sama dengan tinggi Forecastle nya
            • Khusus untuk pelayaran di daerah winter (musim dingin) tinggi maksimuim muatan geladak adalah 1/3 X Lebar kapal

              0 komentar  

              DAFTAR PELABUHAN DI INDONESIA BESERTA POSISI KOORDINAT LINTANG DAN BUJURNYA NYA

               PELABUHAN DI INDONESIA

              Berikut ini adalah daftar nama pelabuhan di indonesia beserta posisi koordinat lintang dan bujur nya

              NO

              NAMA PELABUHAN

              POSISI

              1

              Tobo Ali- Bangka

              03-00’S/ 106-27’E

              2

              Teluk Amahai – Seram

              03-20’S/ 128-55’E

              3

              Amamapare – Papua

              04-49’S/ 136-52’E

              4

              Amboina – ambon

              03-41’S/ 128-52’E

              5

              Ampenan – Lombok

              08-33’S/ 116-04’E

              6

              Bagan Siapi-api Sumatera

              02-09’N/ 100-48’E

              7

              Terminal Ardjuna-Jawa

              05-56’S/ 107-45’E

              8

              Terminal Arun-Sumatera

              05-14’N/ 097-07’E

              9

              Asahan – Sumatera

              02-58’N/ 099-48’E

              10

              Attaka-Santan terminal-Borneo

              00-06’S/ 117-32’E

              11

              Teluk Bayur – Padang

              00-59’S/ 100-23’E

              12

              Tanjung Balai – Sumatera

              02-58’S/ 099-48’E

              13

              Balikpapan – Borneo

              01-16’S/ 116-49’E

              14

              Balongan Terminal – Jawa

              06-17’S/ 108-27’E

              15

              KotaBaru – Pulau laut

              03-14’S/ 116-13’E

              16

              Bekapai Terminal – Borneo

              00-59’S/ 117-31’E

              17

              Belawan – Sumatera

              03-47’N/ 098-41’E

              18

              Bengkalis - Sumatera

              01-27’N/ 102-06’E

              19

              Bengkulu - Sumatera

              03-47’S/ 102-15’E

              20

              Benoa – Bali

              08-46’S/ 115-12’E

              21

              Bima – Sumbawa

              08-27’S/ 118-43’E

              22

              Bitung - Sulawesi

              01-26’N/ 125-12’E

              23

              Buleleng – Bali

              08-06’S/ 115-06’E

              24

              Buton - Sulawesi

              05-27’S/ 122-38’E

              25

              Teluk Buli – Halmahera

              00-52’N/ 128-14’E

              26

              Cirebon – Jawa

              06-42’S/ 108-35’E

              27

              Cilacap – Jawa

              07-46’S/ 109-01’E

              28

              Cinta Terminal – Sumatera

              05-27’S/ 106-16’E

              39

              Dabo – Singkep

              00-30’S/ 104-28’E

              30

              Jakarta – Jawa

              06-07’S/ 106-49’E

              31

              Donggala – Sulawesi

              00-40’S/ 119-45’E

              32

              Dumai – Sumatera

              01-41’N/ 101-27’E

              33

              Fak-Fak – Papua

              02-56’S/ 132-18’E

              34

              Gresik – Jawa

              07-10’S/ 112-39’E

              35

              Sungai Gerong

              02-59’S/ 104-52’E

              36

              Gorontalo – Sulawesi

              00-30’N/ 123-03’E

              37

              Tanah Grogot – Borneo

              01-55’S/ 116-11’E

              38

              Gunung Sitoli – Pulau Nias

              01-19’N/ 097-36’E

              39

              Jambi – Sumatera

              01-35’S/ 103-37’E

              40

              Teluk Jayapura – Papua

              02-32’S/ 134-43’E

              41

              Kalianget – Madura

              07-03’S/ 113-56’E

              42

              KasimMarine Terminal – Papua

              01-18’S/ 131-01’E

              43

              Ketapang – Borneo

              01-50’S/ 109-55’E

              44

              Kijang – Pulau Bintan

              00-51’N/ 104-37’E

              45

              Kupang – Timor

              10-10’S/ 123-34’E

              46

              Sungai Kolak – Pulau Bintan

              00-51’N/ 104-37’E

              47

              Kota raja Olee lheue –Aceh

              05-33’N/ 095-19’E

              48

              Labuan tring bay – Lombok

              08-44’S/ 116-04’E

              49

              Lhok Sumawe – Aceh

              05-08’N/ 097-10’E

              50

              Lingkas – Borneo

              03-17’N/ 117-36’E

              51

              Manokwari – Papua

              00-52’S/ 134-04’E

              52

              Manado – Sulawesi

              01-31’N/ 124-51’E

              53

              Port Meneng

              08-13’S/ 114-23’E

              54

              Merak – Jawa

              05-56’S/ 106-00’E

              55

              Merauke – Papua

              08-29’S/ 140-22’E

              56

              Mokmer – Biak

              01-12’S/ 136-09’E

              57

              Muntok – Bangka

              02-04’S/ 105-10’E

              58

              Muturi Terminal – Papua

              02-12’S/ 133-41’E

              59

              Teluk Nibung

              03-00’N/ 099-48’E

              60

              Palembang – Sumatera

              03-00’S/ 104-45’E

              61

              Sungai Paloh

              01-45’N/ 109-17’E

              62

              Panarukan

              07-41’S/ 113-57’E

              63

              Tanjung Pandan – Belitung

              02-44’S/ 107-38’E

              64

              Pangkalan susu

              04-07’N/ 098-13’E

              65

              Panjang               

              05-28’S/ 105-19’E

              66

              Patani – Halmahera

              00-16’N/ 128-45’E

              67

              Pelabuhan Piru – Seram

              03-04’S/ 128-12’E

              68

              SaumLaki – Tanimbar

              07-58’S/ 131-17’E

              69

              Pemangkat – Borneo

              01-11’N/ 108-59’E

              70

              Plaju – Sumatera

              02-59’S/ 104-48’E

              71

              Pomalaa – Sulawesi

              04-10’S/ 121-36’E

              72

              Pontianak – Borneo

              00-01’S/ 109-16’E

              73

              Probolinggo – Jawa

              07-43’S/ 113-13’E

              74

              Sabang – Pulau we – Aceh

              05-53’N/ 095-19’E

              75

              Salawati – Papua

              01-21’S/ 130-59’E

              76

              Samar

              06-56’S/ 110-25’E

              77

              Samarinda – Borneo

              00-29’S/ 117-09’E

              78

              Sambas               

              01-21’N/ 109-18’E

              79

              Pulau Sambu – Kepri

              01-09’N/ 103-54’E

              80

              Sangkulirang

              00-54’N/ 118-02’E

              81

              Tanjung Emas-Semarang

              06-56’S/ 110-25’E

              82

              Senipah Terminal – Borneo

              1-03’S/ 117-13’E

              83

              Singkawang – Borneo

              00-55’N/ 108-58’E

              84

              Sorido – Biak

              01-10’S/ 136-03’E

              85

              Sorong – Papau

              00-51’S/ 131-14’E

              86

              Sungai Pakning – Sumatera

              01-21’N/ 102-10’E

              87

              Tapaktuan

              03-16’N/ 097-11’E

              88

              Tarakan – Borneo

              03-17’N/ 117-36’E

              89

              Tegal – Jawa

              06-51’S/ 109-08’E

              90

              Ternate               

              00-47’N/ 127-17’E

              91

              Tuban

              06-54’S/ 112-04’E

              92

              Toli-Toli

              01-02’N/ 120-49’E

              93

              Waing Apu – Sumba

              09-39’S/ 120-16’E

              94

              Tanjang Uban – Kepri

              01-04’N/ 104-13’E

              95

              Tanjung Pinang – Kepri

              00-55’N/ 104-26’E

              96

              Tanjung Perak – Surabaya

              07-12’S/ 112-44’E

              97

              Tanjung Priok – Jakarta

              06-06’S/ 106-53’E

              98

              Tanjung Leppe

              04-13’S/ 121-33’E

              99

              Majene – Sulawesi

              03-33’S/ 118-58’E

              100

              Malili – Sulawesi

              02-38’S/ 121-04’E

              101

              Parepare – Sulawesi

              04-01’S/ 119-37’E

              102

              Makassar – Sulawesi

              05-07’S/ 119-24’E

              103

              Mangkasa – Sulawesi    

              02-44’S/ 121-04’E


              0 komentar